Commercial off the self (COTS) adalah produk-produk yang berupa suatu paket aplikasi, sub sistem ataupun modul-modul perangkat lunak yang telah dirancang sesuai dengan suatu standard proses bisnis tertentu dan tersedia secara luas di pasar untuk dapat dipergunakan dengan modifikasi seminimal mungkin. Jika semula upaya penggunaan teknologi informasi selalu identik dengan pengembangan aplikasi dari awal yang tentunya membutuhkan waktu, saat ini konsumen cenderung untuk memilih menggunakan aplikasi-aplikasi yang telah tersedia di pasaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini diharapkan akan dapat meminimalkan biaya dan waktu yang dibutuhkan dalam implementasi teknologi informasi.

Secara garis besar penggunaan sistem informasi dapat dibedakan dalam 3 jenis,
yaitu :

  1. Penerapan paket aplikasi yang standard (COTS), yaitu suatu sistem informasi yang dikembangkan oleh vendor tertentu untuk memenuhi kebutuhan dari berbagai macam bisnis.
  2. Pengembangan sistem secara In-house, yaitu adalah suatu sistem yang dikembangkan hanya untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari satu instansi atau industri tertentu.
  3. Sistem joint-venture, yaitu gabungan antara penerapan aplikasi standard dengan pengembangan in-house.

Pengembangan standard aplikasi (COST) bertujuan untuk mengembangkan satu aplikasi yang dapat digunakan oleh berbagai instansi ataupun perusahaan, sehingga dengan demikian, biaya pengembangan dan biaya maintenance dapat ditanggung secara bersama, dan juga dalam penerapannya di masing-masing instansi atau perusahaan tersebut tidak lagi perlu untuk mulai dari awal (reinventing the wheel).
Selain banyaknya keuntungan yang ditawarkan dalam penggunaan suatu paket aplikasi, juga terdapat beberapa hal yang harus mendapat perhatian yang cukup. Pemilihan aplikasi haruslah dilakukan setelah melalui pertimbangan yang matang, hal ini mengingat proses bisnis yang tersedia di paket aplikasi belum tentu sesuai dengan proses bisnis yang berlaku di instansi atau perusahaan pengguna.
Modifikasi terhadap paket aplikasi haruslah ditekan seminimal mungkin, jika tidak hal ini mengakibatkan membengkaknya biaya yang diperlukan dalam implementasi dan tidak menutup kemungkinan akan menjadi jauh lebih besar dibandingkan jika kita menggunakan in-house develeopment dari awal.

 Beberapa keuntungan dari penggunaan OSS komersial atau Commercial Off-The-Shelf (COTS):

  • Waktu pengembangan dan implementasi relatif lebih cepat, karena komponen solusi OSS yang sudah jadi dan siap ada di pasaran.
  • Dengan adanya contract specification agreements (interface definitions) yang sudah terstandarisasi dengan jelas akan mempercepat proses testing integrasi dan sangat membantu dalam plug and play operation.
  • Secara dinamis dapat melakukan perubahan proses bisnis dengan adanya pemanfaatan external workflow engine, hal ini juga dikaitkan dengan adanya kebutuhan untuk merubah regulasi dan policy terhadap system aplikasi sehingga sistem dapat lebih mudah dan cepat untuk direkonfigurasi.
  • Kehandalan sistem sudah teruji dengan skala implementasi yang besar, yang tentunya dengan persyaratan adanya proses seleksi ketat terhadap kualitas produk dari vendor aplikasi OSS yang akan diikutsertakan.
  • Efisien dalam pemanfaatan resource SDM, pengguna hanya dikonsentrasikan/ fokus untuk operasi dan pemeliharaan aplikasi saja.
  • Resiko proyek lebih kecil dari sisi operator, karena adanya risk sharing/mitigation dengan pihak-pihak yang lebih kompeten dan berpengalaman di bidangnya yaitu para vendor penyedia solusi OSS dan system integrator.

Sedangkan beberapa sisi kelemahan dari penggunaan OSS komersial atau Commercial Off-The-Shelf (COTS) adalah:

  • Biaya sudah jelas pasti jauh lebih mahal, karena sebagian besar proses pengembangan dilakukan oleh pihak vendor atau system integrator. Selain itupula akan melibatkan multi party yang akan menyediakan berbagai aplikasi OSS sesuai framework eTOM.
  • Ketergantungan terhadap vendor tertentu yang juga akan membawa konsekuensi biaya untuk setiap kebutuhan pengguna dalam hal upgradability, modularity, expandability, dan flexibility.
  • Proses integrasi terkadang tidak dapat berjalan lancar, terutama bila disebabkan dengan belum adanya standarisasi untuk contract specification agreement (interface definition) yang harus diacu oleh pihak-pihak yang produk aplikasinya akan diintegrasikan.
  • Kelemahan pendefinisian requirement system dari user akan mengakibatkan salah dalam pemilihan COTS, sehingga kemampuan COTS tidak sesuai dengan yang diharapkan

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved